Kesenian Dikker konon berasal dari kosa kata Arab, yaitu ‘dzikir’ yang berarti menyebut dan mengagungkan nama Allah dan Nabi Muhammad. Dalam wujudnya yang tradisional, kesenian Dikker merupakan bentuk kesenian yang melagukan syair-syair Barzanji dengan irama lagu yang khas dan diiringi dengan alat musik rebana berukuran besar. Ke khasan irama syairnya yang mendayu dalam tempo yang lamban, ditingkahi dengan tetabuhan rebana-rebana besar yang bersuara bas, lebih menghadirkan suasana sakral.
Dikker biasanya dimainkan oleh 5 hingga 8 orang yang mana semua personilnya merangkap sebagai penabuh dan vokal maupun lead vokal. Permainan rebananya juga memiliki perbedaan antara setiap penabuh. Salah satu dari penabuh berperan meningkahi tabuhan rebana lainnya. Sehingga terbangun dinamika musik tradisional Dikker Bawean.
Pada tradisi masyarakat Bawean, kesenian Dikker hanya dapat kita jumpai pada perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Pada perayaan tersebut yang di Bawean berlangsung dengan meriah sepanjang hari, musik tradisional Dikker dimainkan sejak pagi hingga menjelang sore hari.
Dikker biasanya dimainkan oleh 5 hingga 8 orang yang mana semua personilnya merangkap sebagai penabuh dan vokal maupun lead vokal. Permainan rebananya juga memiliki perbedaan antara setiap penabuh. Salah satu dari penabuh berperan meningkahi tabuhan rebana lainnya. Sehingga terbangun dinamika musik tradisional Dikker Bawean.
Pada tradisi masyarakat Bawean, kesenian Dikker hanya dapat kita jumpai pada perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Pada perayaan tersebut yang di Bawean berlangsung dengan meriah sepanjang hari, musik tradisional Dikker dimainkan sejak pagi hingga menjelang sore hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar