Kubur Cokrokusumo secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Sungaiteluk Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean. Lokasi kuburnya berada ditepi persimpangan jalan kecamatan yang telah beraspal, sehingga kubur ini cukup mudah untuk di kunjungi. Kubur Cokrokusumo yang bagi masyarakat Sangkapura juga dikenal dengan nama Congkop Naghesare, dikelilingi oleh kompleks pekuburan sangat besar yang terpisahkan oleh jalan kecamatan yang melintas ditengahnya.
Sebagai pembatas antara jalan kecamatan dengan lokasi kubur Cokrokusumo terdapat pagar tembok tua yang kini pada banyak bagiannya telah runtuh. Pada sisi dalam pagar tembok ini terdapat bangunan cungkup yang menggunakan kontruksi tiang kayu. Dinding bangunan cungkupnya separo bagian menggunakan bahan kayu (papan) dan sebagian atasnya berupa kawat ram baru. Atap bangunan ini menggunakan bahan genteng dengan lantai berupa tanah. Kondisi bangunan cungkup kubur Cokrokusumo saat ini dalam keadaan rusak berat. Di dalam bangunan cungkup kubur ini terdapat beberapa kubur tua. Tiga buah kubur dari tokoh utama yang ada di dalam cungkup kubur ini diberi bangunan cungkup kedua. Cungkup kubur Cokrokusumo berada di bagian tengah yang diapit oleh dua cungkup lainnya.
Jirat kubur Cokrokusumo menggunakan kontruksi tembok berlepa tua yang ciri fisiknya sama dengan yang dipergunakan pada bangunan kolonial. Jirat kubur ini memiliki gaya bentuk badan candi yang mana bidang kakinya di beri hiasan undakan pelipit yang semakin mengecil pada bagian atas. Badan jirat di biarkan polos tanpa hiasan. Sedangkan bagian kepala jirat menjorok keluar dari badan jirat dengan hiasan undakan pelipit yang membentuk bidang semakin mengecil di bagian atasnya. Jirat kubur Cokrokusumo ini memiliki ukuran panjang 234 cm, lebar 108 cm dengan tinggi 43 cm.
Nisan kuburnya menggunakan bahan kayu dengan pola hias yang kompleks. Sebagai pembatas antara bidang kaki dan badan nisan di beri hiasan undakan pelipit yang mengecil. Keempat sudut bawah badan nisan diberi hiasan antefik. Bagian tengah badan nisan terdapat bingkai segi lima yang di sekelilingnya di beri hiasan floral yang berbentuk suluran maupun kembang ceplok. Pada bagain tengah bingkai segi lima di beri hiasan kaligrafi pada sisi dalam nisan dan suluran flora dengan kembang ceplok yang tumbuh dari vas pada bagian sisi luar nisan.
Kaligrafi yang tertulis pada bagian sisi dalam nisan, memiliki isi yang berbeda antara nisan kepala dan nisan kaki. Kaligrafi pada nisan kepala berisi wafatnya Kanjeng Rahadian Tumenggung Purba Negara pada tanggal 29 Ramadhan 1235. Sedangkan pada nisan kaki menyebutkan wafatnya Kanjeng Rahadian Tumenggung Panji Cokrokusumo pada tanggal 29 Ramadhan 1285 Hijriyah.
Berdasarkan data sejarah yang ada di Pulau Bawean, tokoh Cokrokusumo merupakan keturunan Umar Mas’ud yang kemudian bertahta atas Bawean pada Tahun 1747 hingga 1789 M sebagai penguasa ke lima sejak Pulau Bawean direbut oleh Umar Mas’ud yang sekaligus menjadi penyiar Agama Islam di Bawean setelah mengambil alih kekuasaan dari raja yang beragama kafir.
Sebagai pembatas antara jalan kecamatan dengan lokasi kubur Cokrokusumo terdapat pagar tembok tua yang kini pada banyak bagiannya telah runtuh. Pada sisi dalam pagar tembok ini terdapat bangunan cungkup yang menggunakan kontruksi tiang kayu. Dinding bangunan cungkupnya separo bagian menggunakan bahan kayu (papan) dan sebagian atasnya berupa kawat ram baru. Atap bangunan ini menggunakan bahan genteng dengan lantai berupa tanah. Kondisi bangunan cungkup kubur Cokrokusumo saat ini dalam keadaan rusak berat. Di dalam bangunan cungkup kubur ini terdapat beberapa kubur tua. Tiga buah kubur dari tokoh utama yang ada di dalam cungkup kubur ini diberi bangunan cungkup kedua. Cungkup kubur Cokrokusumo berada di bagian tengah yang diapit oleh dua cungkup lainnya.
Jirat kubur Cokrokusumo menggunakan kontruksi tembok berlepa tua yang ciri fisiknya sama dengan yang dipergunakan pada bangunan kolonial. Jirat kubur ini memiliki gaya bentuk badan candi yang mana bidang kakinya di beri hiasan undakan pelipit yang semakin mengecil pada bagian atas. Badan jirat di biarkan polos tanpa hiasan. Sedangkan bagian kepala jirat menjorok keluar dari badan jirat dengan hiasan undakan pelipit yang membentuk bidang semakin mengecil di bagian atasnya. Jirat kubur Cokrokusumo ini memiliki ukuran panjang 234 cm, lebar 108 cm dengan tinggi 43 cm.
Nisan kuburnya menggunakan bahan kayu dengan pola hias yang kompleks. Sebagai pembatas antara bidang kaki dan badan nisan di beri hiasan undakan pelipit yang mengecil. Keempat sudut bawah badan nisan diberi hiasan antefik. Bagian tengah badan nisan terdapat bingkai segi lima yang di sekelilingnya di beri hiasan floral yang berbentuk suluran maupun kembang ceplok. Pada bagain tengah bingkai segi lima di beri hiasan kaligrafi pada sisi dalam nisan dan suluran flora dengan kembang ceplok yang tumbuh dari vas pada bagian sisi luar nisan.
Kaligrafi yang tertulis pada bagian sisi dalam nisan, memiliki isi yang berbeda antara nisan kepala dan nisan kaki. Kaligrafi pada nisan kepala berisi wafatnya Kanjeng Rahadian Tumenggung Purba Negara pada tanggal 29 Ramadhan 1235. Sedangkan pada nisan kaki menyebutkan wafatnya Kanjeng Rahadian Tumenggung Panji Cokrokusumo pada tanggal 29 Ramadhan 1285 Hijriyah.
Berdasarkan data sejarah yang ada di Pulau Bawean, tokoh Cokrokusumo merupakan keturunan Umar Mas’ud yang kemudian bertahta atas Bawean pada Tahun 1747 hingga 1789 M sebagai penguasa ke lima sejak Pulau Bawean direbut oleh Umar Mas’ud yang sekaligus menjadi penyiar Agama Islam di Bawean setelah mengambil alih kekuasaan dari raja yang beragama kafir.
1 komentar:
Tentang nisan batu baru penggambaran secara deskripsi saja, adakah penjelasan lain untuk tipologi nisan atau eksplanasi dari keseluruhan nisan batu di Bawean? Mungkin bisa dibuat penelitian lanjutan. Bagaimana..? KINTA
Posting Komentar