Rabu, 25 Juni 2008

Pameran Budaya Panganten Adat Bawean

Moment pernikahan adalah moment sakral bagi masyarakat luas. Oleh karena itu di tiap daerah mempunyai prosesi pernikahan yang berbeda sesuai dengan budaya masing-masing. Begitu pula di Bawean. Prosesi pernikahan adat Bawean digelar 7 hari 7 malam lengkap dengan segala properti dan prosesi adat yang merupakan bagian dari upacara panganten yang mempunyai makna tersendiri.

Dalam kunjungan rombongan Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur dan diliput beberapa stasiun televisi swasta beserta wartawan media cetak, LEB Beku Bhei-bhei mencoba mengemas upacara panganten tersebut menjadi satu malam. Dengan tidak mengurangi esensi dari prosesi panganten adat tersebut.

Pameran budaya panganten adat Bawean yang digelar tanggal 10 Mei 2007 ini dimulai dari penampilan kesenian dhungka sebagai tanda ada perhelatan pernikahan, proses “Panganten A’ Totongghu” oleh pengantin wanita lalu proses “Panganten Matammat-tammat / Nammattaken” yaitu khataman Al-Qur’an dengan lagu yang khas dan prosesi lain yang menjadi rangkaian upacara pernikahan adat juga ditampilkan dalam pameran budaya kali ini. Tari mandiling tradisional, Kercengan Tradisional, Korcak, Pencak Panganten, Tari Mandiling Garapan dan Tari Kercengan garapan melengkapi kemeriahan dan kesuksesan Pameran Budaya kali ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

selamat menyambut ramadan ya dari

www.saiful-aiman.blogspot.com