Tokoh Umar Mas’ud yang dalam tradisi lisan dan tulis masyarakat Bawean dikenal sebagai penyebar Agama Islam di Bawean, terletak di dalam kompleks Masjid Jamik Sangkapura yang konon masjid tersebut didirikan oleh Umar Mas’ud. Secara administratif kubur ini termasuk kedalam wilayah Desa Kotakusuma Kecamatan Sangkapura yang menempati lokasi di sisi Barat Alon-alon kota Kecamatan Sangkapura.
Kubur Umar Mas’ud berada di sisi belakang kompleks Masjid Jamik dengan pagar pembatas yang menyatu dengan pagar masjid. Sebuah cungkup yang telah direnovasi dan kini cungkup tersebut berdinding tembok semen baru menaungi dua buah kubur, yakni kubur Umar Mas’ud beserta istrinya. Cungkup kubur ini memiliki ukuran panjang 6 M, lebar 5 M dengan tinggi dinding bangunan 2 M. Sedangkan jirat kuburnya telah pula di renovasi oleh pengurus masjid yang menggantinya dengan jirat semen berukuran panjang 245 cm, lebar 80 cm dengan tinggi 19 cm.
Nisan kubur yang kini terpasang di atas jirat merupakan nisan baru yang menggunakan bahan kayu jati. Sedangkan dua pasang nisan asli dari dua buah kubur tokoh ini masih tersimpan di dalam bangunan cungkup dalam kondisi utuh dan baik. Nisan asli dari tokoh Umar Mas’ud menggunakan bahan batu granit berbentuk pipih dengan hiasan berbentuk 3 buah lekukan yang semakin mengecil dan menyudut pada bagian kepala nisan. Pada bagian kedua pundak nisan terdapat lekukan yang menyerupai tonjolan sebagai hiasan tambahan. Nisan ini memiliki ukuran lebar 20 cm, tebal 9 cm dengan tinggi 80 cm beserta kaki nisan yang merupakan bidang tanam dalam posisi berdiri dari nisan tersebut. Sedangkan sepasang nisan dari istri Umar Mas’ud menggunakan bahan batu andesit yang secara umum memeiliki bentuk persegi empat panjang. Antara bidang kaki dan badan nisan di batasi dengan hiasan dua pelipit. Di bagian tengah sisi badan terdapat hiasan geometris berbentuk segi tiga dengan hiasan telinga di kedua sisi sisi badannya. Sedangkan bagian atas bidang nisan berbentuk rata. Nisan kedua ini memeiliki ukuran lebar 18 cm, tebal 7,5 cm, dengan tinggi 53 cm dengan bidang kaki atau tanam nisan.
Tokoh Umar Mas’ud dalam sejarah Paulau Bawean dikenal sebagai tokoh penyiar Agama Islam yang datang ke Bawean dan mengalahkan penguasa Bawean dikala itu yang bergelar Raja Babi sebagai raja Kerajaan Lubek dalam sebuah perang tanding. Setelah berhasil mengalahkan Raja Babi yang seketika itu meninggal dunia, Umar Mas’ud mengangkat dirinya sebagai penguasa Pulau Bawean dan memindahkan pusat kekuasaan dan pemerintahannya dari Panagih di Desa Lebak ke Bengko Dhelem yang kini berada di Dusun Dejebheta Desa Sawahmulya. Dimasa pemerintahannya ini Umar Mas’ud mendirikan Kota Sangkapura dengan konsepsi kota Islam Jawa yang diadaptasi dengan kondisi geografis setempat. Bentuk adaptasi konsepsi tata kota Islam Jawa tersebut nampak dari penempatan keraton pusat pemerintahan yang di Bawean dikenal dengan Bengko Dhelem di sisi Utara Alon-alon dan pasar di sisi Selatan Alon-alon. Sedangkan masjid jamik tetap terletak di sisi Barat dari Alon-alon. Adaptasi tersebut nampaknya dilakukan dengan pertimbangan keberadaan letak pelabuhan yang berada di sisi Selatan dengan jarak kurang lebih 800 M.
Pemerintahan Umar Mas’ud di gantikan oleh anak keturunannya pada saat beliau wafat pada tahun 1630M yang kehilangan kedaulatannya sehubungan dengan naiknya kembali kekuatan kerajaan-kerajaan di tanah Jawa pasca Majapahit.
Kubur Umar Mas’ud berada di sisi belakang kompleks Masjid Jamik dengan pagar pembatas yang menyatu dengan pagar masjid. Sebuah cungkup yang telah direnovasi dan kini cungkup tersebut berdinding tembok semen baru menaungi dua buah kubur, yakni kubur Umar Mas’ud beserta istrinya. Cungkup kubur ini memiliki ukuran panjang 6 M, lebar 5 M dengan tinggi dinding bangunan 2 M. Sedangkan jirat kuburnya telah pula di renovasi oleh pengurus masjid yang menggantinya dengan jirat semen berukuran panjang 245 cm, lebar 80 cm dengan tinggi 19 cm.
Nisan kubur yang kini terpasang di atas jirat merupakan nisan baru yang menggunakan bahan kayu jati. Sedangkan dua pasang nisan asli dari dua buah kubur tokoh ini masih tersimpan di dalam bangunan cungkup dalam kondisi utuh dan baik. Nisan asli dari tokoh Umar Mas’ud menggunakan bahan batu granit berbentuk pipih dengan hiasan berbentuk 3 buah lekukan yang semakin mengecil dan menyudut pada bagian kepala nisan. Pada bagian kedua pundak nisan terdapat lekukan yang menyerupai tonjolan sebagai hiasan tambahan. Nisan ini memiliki ukuran lebar 20 cm, tebal 9 cm dengan tinggi 80 cm beserta kaki nisan yang merupakan bidang tanam dalam posisi berdiri dari nisan tersebut. Sedangkan sepasang nisan dari istri Umar Mas’ud menggunakan bahan batu andesit yang secara umum memeiliki bentuk persegi empat panjang. Antara bidang kaki dan badan nisan di batasi dengan hiasan dua pelipit. Di bagian tengah sisi badan terdapat hiasan geometris berbentuk segi tiga dengan hiasan telinga di kedua sisi sisi badannya. Sedangkan bagian atas bidang nisan berbentuk rata. Nisan kedua ini memeiliki ukuran lebar 18 cm, tebal 7,5 cm, dengan tinggi 53 cm dengan bidang kaki atau tanam nisan.
Tokoh Umar Mas’ud dalam sejarah Paulau Bawean dikenal sebagai tokoh penyiar Agama Islam yang datang ke Bawean dan mengalahkan penguasa Bawean dikala itu yang bergelar Raja Babi sebagai raja Kerajaan Lubek dalam sebuah perang tanding. Setelah berhasil mengalahkan Raja Babi yang seketika itu meninggal dunia, Umar Mas’ud mengangkat dirinya sebagai penguasa Pulau Bawean dan memindahkan pusat kekuasaan dan pemerintahannya dari Panagih di Desa Lebak ke Bengko Dhelem yang kini berada di Dusun Dejebheta Desa Sawahmulya. Dimasa pemerintahannya ini Umar Mas’ud mendirikan Kota Sangkapura dengan konsepsi kota Islam Jawa yang diadaptasi dengan kondisi geografis setempat. Bentuk adaptasi konsepsi tata kota Islam Jawa tersebut nampak dari penempatan keraton pusat pemerintahan yang di Bawean dikenal dengan Bengko Dhelem di sisi Utara Alon-alon dan pasar di sisi Selatan Alon-alon. Sedangkan masjid jamik tetap terletak di sisi Barat dari Alon-alon. Adaptasi tersebut nampaknya dilakukan dengan pertimbangan keberadaan letak pelabuhan yang berada di sisi Selatan dengan jarak kurang lebih 800 M.
Pemerintahan Umar Mas’ud di gantikan oleh anak keturunannya pada saat beliau wafat pada tahun 1630M yang kehilangan kedaulatannya sehubungan dengan naiknya kembali kekuatan kerajaan-kerajaan di tanah Jawa pasca Majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar